Senin, 16 Januari 2012

kapur sembilan di persimpangan pangkalan


Aku berpikir di persimpangan pangkalan,
Setelah kesibukanku mengemas ransel dari kapur sembilan menuju sebuah kota untuk pengharapan.
Berpikir untuk mengubah isi buntalan menjadi pengalaman,
berpikir untuk merubah iman menjelma seperti sebenar - benar tuhan.
berusaha menbuat halaman kepala menjadi gedung seperti penyebaran flu burung.

aku berpikir di persimpangan pangkalan,
menuju arah kanan setelah meninggalkan kapur sembilan, berjalan seperti sebayang jalan.
persimpangan pangkalan menyuruhku duduk sebentar di bawah kelokan sembilan,
apa jadinya kalau kelok ini sudah menjadi beton tak bertuan tak berdahan.
pikiran simpang pangkalan mengajarku menelan semua kehidupan silam nan menggairahkan.

antara simpang pangkalan dan kapur sembilan menyanyikan lagu  "kampan",
sekarang lagu kampan sudah menjadi tangisan para pemuja bersampan di hari pagi nan tampan.
tak bisakah lagi "kampan"  mengisi seberkas karung beras pengharapan,
laguan kampan berharap kembali menyanyikan dendang senang seperti di ceritakan di sebuah indang.

jangan pernah kau tangisi lagi sebuah harga wahai kehidupan warga,
karena keangkuhan kau jua membuat kau separoh gila menatap catatan harga.

Aroka 140611

Tidak ada komentar:

Posting Komentar