Aku berpikir di persimpangan pangkalan,
Setelah kesibukanku mengemas
ransel dari kapur sembilan menuju sebuah kota untuk pengharapan.
Berpikir untuk mengubah isi
buntalan menjadi pengalaman,
berpikir untuk merubah iman
menjelma seperti sebenar - benar tuhan.
berusaha menbuat halaman kepala
menjadi gedung seperti penyebaran flu burung.
aku berpikir di persimpangan
pangkalan,
menuju arah kanan setelah
meninggalkan kapur sembilan, berjalan seperti sebayang jalan.
persimpangan pangkalan menyuruhku
duduk sebentar di bawah kelokan sembilan,
apa jadinya kalau kelok ini sudah
menjadi beton tak bertuan tak berdahan.
pikiran simpang pangkalan
mengajarku menelan semua kehidupan silam nan menggairahkan.
antara simpang pangkalan dan
kapur sembilan menyanyikan lagu "kampan",
sekarang lagu kampan sudah
menjadi tangisan para pemuja bersampan di hari pagi nan tampan.
tak bisakah lagi
"kampan" mengisi seberkas karung beras pengharapan,
laguan kampan berharap kembali
menyanyikan dendang senang seperti di ceritakan di sebuah indang.
jangan pernah kau tangisi lagi
sebuah harga wahai kehidupan warga,
karena keangkuhan kau jua membuat
kau separoh gila menatap catatan harga.
Aroka 140611
Tidak ada komentar:
Posting Komentar