Rabu, 01 Februari 2012

KEKUASAAN API

Sembari menimang sungai, mata terbakar lunak bak unggun biji besi.
Alur sungai mati terbakar lapar, bak kehausan kuda di padang pasir.

Air tertimbun api,
Api menjalari jejaringan ranting sungai.

Berlarian air mencari daratan untuk digenangi,
tak ubah berbentuk tsunami di tengah lautan membiru.

waktu ini,
bermintalah aku.
agar kau sembunyikan segelas air untuk dahaga padang pasir nan sedang menggerogoti.
jangan terlalu menyungai, ber-cawan saja aku sudah akan terobati.

Ulak Karang, 24 Jan 2012

SEBILAH BAMBU MAGIS

" La ilalla nak kutang barendo, batampuruang sayak babulu "
Begitu merah menghiasi  dedaun telinga bagi kau nan sudah berasa dalam lingkar moderenisasi.
Berasa salju mekar tepat berada didaun kiri beserta kanan kepala kau nan sayang tradisi.

" Malang balaki jo tukang saluang, pai sanjo pulangnyo pagi "
Bermoral cerita bernyanyi pesan, bak ukiran batu pesan mandeh.

Sesaat ini,
masihkah kerbau bertanya kepada bajak, serupa jawi bertanya ke pedati.
adakah  keretakan membelah bola modrenisasi di lingkaran tradisi.
Jenjang kehidupan meninggalkan penyakit lupa di dasar langkah kaki dan pegangan besi.

Berserakan,
Berteman jaring laba - laba dan kabut debu kini sebilah bambu magis.
walau tak tahu asal untuk kau beri usul, tapi bambu berasa menangis.

 " Saroman sajo kasadonyo baiak jantan baiak batino jalan sairiang baduo-duo caliak dahulu mako disapo "
Serupa moderenisasi, terbengkalai namun gemulai bagi kemudaan jiwa kau dan kita.

ulak karang,

DI KESOREAN

Kamu,
Hanya sebatas simpang presiden.

Sedang aku,
Berbatas sepanjang khatib sulaiman.

Di sana,
Selalu kita bermandi tangisan mimpi.
Sesaat sore mulai bermadu senja hari.

Cerita itu, bukan batu.
Tapi bisa berbinalu dan berbalik membangun malu.


Kamu,
Bercengkrama sepanjang penyusuran aliran nama.
Sementara kita,
Belum begitu berbuah dari kunyah.

Besok, kita bercanda untuk melamar di perempatan damar.

28 jan 2012