Naskah
Lakon
BERANAK
ANJING
Karya
: Rori Maidi Rusji
Pelaku : Ujang (abak ), Nian (amak), Alam, Bu Buyuang, Gadih, Basri
(di mulai oleh sebuah dendang saluang)
Duduk
santai di kursi buatan sendiri di depan pondok sawah, sambil memakan hidangan
dari istri
Dimulai
dengan percakapan antara Ujang dengan Nian.
(di iringi bunyi bansi)
BABAK 1
Nian : Setelah panen tahun ini, bagaimana kalau
kita garap lagi petak sawah yang empat di ujung uda..
Ujang :
Sudah lah diak,sepuluh petak ini saja sudah cukup untuk makan kita
Nian :
selalu hanya untuk makan kita yang uda pikirkan, bagaimana untuk belanja alam
Ujang : untuk itu kan sudah ada uang dari penjualan
hasil kebun kita
Nian :
iya, itu sudah barang tentu uda…tapi…
Ujang :
tapi apa…? Ingin membelikan alam motor…? Seperti teman – temannya yang lain……?
Ingin membunuh anak kita dengan robot jepang itu…?
Nian :
bukan begitu uda, tidak kah uda iba melihat alam yang selalu jalan kaki ke
sekolah..? sedangkan temannya yang lain? Punya motor ke sekolah,. adiak takut
uda, nanti alam malu dan tak ingin sekolah lagi
Ujang :
uda mengerti itu diak, tapi uda agak ragu sebenarnya yang ingin beli motor ini
adiak atau si alam ? masalahnya alam tidak pernah minta di belikan motor sama
uda,selalu adiak yang bersikeras ingin beli motor.
Nian : ya
sudah lah, kalau uda tidak mau belikan motor untuk si alam
Ujang :
tu kan, kenapa adiak yang merajuk…?
Nian :
sudah lah uda, makan saja nasi itu jangan bicara lagi. Adiak tidak mau membahas
itu lagi…sudah cukup…
Ujang : kalau alam mau, pakai saja sepeda ontel
milik uda itu dulu. Nanti kalau kita punya rezeki berlebih kita bicarakan lagi
Nian :
selalu begitu…kalau rezeki lebih, besok kalau rezeki berlebih uda pasti beli
anjing lagi. Untuk teman si lupak lah, untuk penjaga sawah lah, atau untuk
penjaga kebun. Selalu itu alasan uda setiap punya uang banyak.
Ujang : itu kan untuk kepentingan kita juga
Nian :
iya itu kebutuhan kita…kita sangat membutuhkan anjing, sangat membutuhkan
sekali
Ujang : kenapa adiak marah?
Nian :
kenapa adiak tidak marah, uda lebih sayang pada anjing uda daripada pada anak
sendiri
Ujang : sudah lah, uda ingin melanjutkan bekerja
lagi (sambil berjalan keluar )
(Datang
alam pulang dari sekolah)
Alam :
assalamualaikum mak….
Nian :
waalaikumsalam……sudah pulang kau rupanya alam, kenapa tidak kau ganti pakaian
sekolah ke rumah dulu..?
Alam :
tadi saya sudah dari rumah mak, perut saya lapar. Dirumah tidak ada nasi, di
buka periuk yang ada hanya bekas nasi kemaren yang sudah bercampur air.
Nian :
ya sudah, tunggu di sini sebentar dulu. Amak ambil nasi ke tempat abak kau
bekeraja dulu.
Bu ujang berjalan keluar panggung
Sambil menunggu bu ujang
mengambil nasi lewat Gadih dengan bu
buyuang.
Gadih :
siang alam…. Kenapa melamun? Muka kamu kok pucat begitu?
Alam :
eh, gadih. Saya lagi menunggu amak membawakan nasi
Bu
buyuang : dih, mak berangkat duluan ya. Kasian ayah mu belum makan…
Gadih :
ya mak, nanti gadih susul..
Bu buyaung beranjak keluar
Gadih :
kenapa kamu pulang ketika mata pelajaran sejarah tadi?
Alam :
malas..
Gadaih :
malas kenapa?
Alam :
kenapa kita harus pelajari itu, saya kurang percaya pada sejarah. Apalagi
sejarah bangsa kita yang tidak jelas, kerajaan antah berantah yang mereka
bicarakan. Ntah benar ada ntah tidak
Gadih :
katanya dalam buku kan banyak bukti bukti yang menyatakan itu ada
Alam :
bukti apa ? candi ? prasasti , orang sekarang juga bisa membuat candi seperti
itu. Setelah candi dibuat, di ciptakan dongeng tentang kehebatan seseorang raja
yang tidak terkalahkan oleh orang dari belahan dunia manapun…ah…ah….bosan..membosankan
Gadih :
katanya dalam buku pelajaran tidak ada seperti itu alam
Alam :
bodohnya kamu gadih, terlalu bertuhan kepada buku. Memangnya ada buku buatan
tuhan yang terjamin kebenarannya selain kitab – kitab berisi wahyu tuhan yang
sama – sama kita yakini ?. buku itu buatan manusia gadih, kamu sendiri tentu
lah tahu sifat manusia tak akan berbuat sesuatu kalau tidak menguntungkan pada
dirinya..
Gadih :
enak saja kamu bilang saya bodoh, kamu tu yang sok pintar, keras kepala,
egois….
Alam :
terserah saya, dari pada kamu sering membangga –banggakan juara kelas. Untuk
apa juara kelas mu, untuk ketenaran, atau untuk melanjutkan pendidikan ke
universitas terkenal ? ingat gadih, kita orang miskin. Hasil sawah yang sepuluh
petak tidak akan bisa menyekolahkan kita ke perguruan tinggi.
Gadih :
kan ada beasiswa untuk yang kurang mampu….!!!
Alam :
ya, untuk orang yang kurang mampu. Bukan untuk orang miskin seperti kita
Gadih :
maksud perkataan mu apa, saya kurang mengerti ?
Alam
:ya, beasiswa kurang mampu itu untuk orang yang kurang mampu melihat orang
orang miskin seperti kita. Untuk orang orang yang tidak mampu bersikap jujur
kepada dirinya sendiri dan orang lain.
Gadih :
saya semakin tidak mengerti..
Alam :
kamu kenal si agus anak Wali nagari kan..? apakah dia menurut kamu kurang mampu
? kenapa dia dapat beasiswa kurang mampu dari pemda ?
Gadih :
saya mengerti, karena wali nagari tidak mampu bersikap jujur kepada orang
miskin. Terpaksa dia menganggap keluarganya kurang mampu.ha…ha….kamu betul…..tapi menurut saya tidak salah juga kalau kita
mencoba meminta beasiswa itu alam….
Alam : silahkan,
kan tidak ada aturan dari undang – undang Negara kita yang melarang warganya
meminta beasiswa. Di anjurkan malah., tapi saya tetap pada pendirian saya. Karena
saya orang miskin bukan orang peminta – minta.
Gadih :
terserah kamu saja manusia idealis.
Alam :
kenapa kamu marah, terserah saya. Pikiran ini pikiran saya, saya kan tidak
pernah menyuruh kamu ikut pada pemikiran
saya.
Gadih :
terserah….terserah…..saya pergi dulu, lebih baik menolong orang tua saya di
sawah dari pada mendengar ocehan kamu yang tidak penting.
Gadih berajalan keluar
BABAK 2
(suasana dalam rumah)
Duduk dua orang pria pak ujang
dan basri, di malam hari setelah magrib.
Ujang :
ibuk…..ibuk……tolong buatkan air Kopi dua
gelas, bapak ada tamu.
Basri :
ndak usah repot – repot jang, saya Cuma
sebentar.
Ujang :
tidak apa – apa, kamu kan belum pernah mencoba kopi buatan istri saya.
Basri :
ha..ha..ha….tu kan kamu mulai lagi, memang saya tahu dia sekarang sudah jadi
istri kamu. Tapi dulu saya pernah juga mencoba kopi buatan istri kamu, jauh
sebelum kamu mencoba kopi buatannya.
Ujang : ha…ha..ha……tapi saya kan orang yang
mendapatkannya, kalau saya tidak mendapatkannya mungkin kamu tidak akan berpakaian
rapi seperti sekarang ini.
Basri :
iya betul……kalau saya menikahi istri kamu dahulu mungkin saya tidak akan pergi
merantau dan hanya menggarap sawah seperti kamu sakarang ini.
Ujang :
ya…ya…ya….tapi itu sudah menjadi kenangan masa muda kita kawan, kamu ingat
janji kita dulu. Siapapun yang tidak bisa mendapatkan dia harus merelakan
dengan ikhlas.
Basri :
tentu…saya tak akan lupa itu.
Datang Bu ujang menbawa dua cangkir kopi
Nian :
oh….ada tamu dari Jakarta rupanya
Basri :
masih ingat kamu dengan saya rupanya.
Nian :
tentu, saya tidak akan lupa. Apa kesibukan kamu sekarang bas?
Basri :
ya..masih seperti yang dahulu
Nian :
lancarkan bisnisnya di Jakarta?
Basri :
Alhamdulillah, tapi rencananya untuk dua tahun ini saya ingin menetap di
kampung dulu. Karena bisnis yang di Jakarta saya suruh si iman yang
mengurusnya.
Nian :
sudah berapa anak mu sekarang, kenapa tidak bawa istri kamu ke sini?
Basari :
hahahahahahahahha……hahahahha…….perkataan itu serasa menyindir saya.
Nian :
kenapa?
Basri :
saya belum punya istri…
Ujang : ya basri belum punya istri, sudah cukupkan
ceritanya adiak ?
Nian :
iya..iya…..saya kebelakang dulu ya basri….
Bu ujang keluar
Basri :
kenapa muka mu berubah….hahahahahha…kamu cemburu ya..?
Ujang : ah…sudahlah, jangan bahas itu lagi. Minum
dulu kopinya.
Basri :
anjing kamu yang berdiri di pintu tadi satpam kamu ya ?
Ujang : oh..lupak maksud kamu? Dia satpam yang
sangat patuh kepada saya, tidak pernah membuat malu di arena perburuan.
Basri :
masih candu berburu kamu rupanya?
Ujang : ya begitulah….tidak bisa di hilangkan.
Basri :
bukan tidak bisa di hilangkan, tapi kamu yang tak mau menghilangkan. Apa pun
candu yang ada dalam diri kalau kita punya niat untuk meninggalkannya pasti
kita bisa, sama hal nya dengan merokok, kata orang sangat susah berhenti
merokok. Tapi, lihat saya sekarang sudah bisa berhenti merokok kan? Semuanya
tergantung pada niat dalam hati.
Ujang : ya…saya mengerti itu. Tapi itu lah saya, tak
akan pernah berniat ingin meninggalkan candu berburu babi ini.
Basri :
iya..iya…..tak apa. kemaren saya juga
singgah di rumah Si yus, saya lihat anjingnya lebih besar dari pada anjing
kamu.
Ujang :
oh anjing si hitamnya..ya..ya….itu selalu jadi raja di perburuan biasanya
Basri :
tapi dia mintak saya untuk mencari orang yang mau membeli anjingnya dengan
harga empat juta, saya lansung kaget, mahal sekali dia menjual anjing.
Ujang :
hei…basri, itu harga yang murah untuk anjing seperti si hitam. Anjing yang
sangat tangguh dan selalu membuat si Yus
berbusung dada di arena perburuan.
Basri :
wah hebat sekali kedengaran anjing yang satu itu.
Ujang :
ya..sangat hebat, lebih hebat dari pada anak saya . anak saya tidak pernah bisa
membuat saya bangga di tengah masyarakat.
Basri :
hahahahahah……terlalu sempit kamu berpikir ujang…..!!! anjing kan hanya bisa
membanggakan majikannya di dunia perburuan, bukan di masyarakat nagari.
Ujang : terserah, yang penting anjing saya si lupak
lebih saya sayangi daripada anak saya. Karena dia selalu membuat saya bangga
setiap berkumpul dengan teman – teman saya. Tapi anak saya si alam, hanya bisa
membuat saya selalu datang kesekolah karena ulah kenakalannya.
Basri :
dua puluh tahun saya di rantau, dan pulang kembali ke kampung. Tapi hanya
menemukan teman saya yang sudah sesat oleh anjing, malang sekali dirimu kawan….
Ujang :
jaga mulut mu basri,
Basri :
masih tidak berubah juga sifatmu ternyata ujang. Kamu akan berpikir selalu benar, tanpa
berpikir lebih luas. Saya tidak pernah menyangka kamu akan seperti ini, anjing
lah yang akan membunuh mu ujang….
Ujang : sifat kamu yang tidak pernah berubah, selalu
menasehati orang dengan gaya mu yang sok pintar itu.
Basri :
terserah kamu lah bapak keras kepala, kalau kamu tidak iba dengan keluargamu.
Menurut saya sudah sangat beruntung hidup dengan istri yang penurut dan tidak
banyak menuntut..
Ujang : sudah cukupkah ceramah mu orang pintar..?
Basri :
dasar pria berkepala batu, terserah kamu saja lah. Hari sudah malam, saya mau pulang dulu tak
ada gunanya berbicara dengan dengan kamu.
Ujang : lebih cepat lebih baik manusia penceramah.
BABAK 3
Dalam rumah, pagi
menjelang melakukan aktivitas bekerja dan sekolah, duduk di depan alam sedang
sarapan dan ujang minum teh telur
Ujang :
sudah siap teh telur utuk uda nian…?
Nian :
Tunggu sebentar uda..
Ujang :
sudah lah makan kau alam, ingat anjing mu belum makan. Tak kasihan kamu melihat
anjing mu belum makan..?
Alam :
perut saya belum kenyang bak, abak selalu begitu. Lebih mementingkan anjing
dari pada saya.
Ujang :
ooo….jadi itu yang di ajarkan gurumu disekolah..? untuk melawan kepada orang
tua mu..? iya alam ?
Alam :
kenapa guru saya yang di salahkan bak…?
Ujang :
sudahlah, jangan bicara lagi kau. Saya gampar kau nanti.
Nian :
apa – apaan ini uda….? Belum tinggi matahari sudah bertengkar…?
Alam :
abak ini yang mulai mak, selalu anjing yang dia manjakan…!!!
Ujang :
untuk melawan kepada saya anak ini kau sekolahkan nian..? tidak dia pikirkan
berapa uang yang dia habiskan tiap hari untuk kesekolah.\
Nian :
alam, tak baik kau melawan abak mu. Berdosa kau nak…uda begitu juga, selalu anjing
uda yang uda pikirkan, untuk makan anjing itu kana da nasi sisa kita setiap
pagi. Apa belum cukup telur separoh masak itu untuk anjing uda setiap pagi,
alam saja tidak pernah dapat makanan seperti itu tiap pagi.
Ujang :
amak dan anak sama saja, tidak mengerti berapa pentingnya anjing ini dalam
kehidupan saya. Anjing ini yang selalu membuat saya bangga di arena perburuan.
Alam :
sudah…sudah….saya berangkat kesekolah lagi. (Sambil berlari keluar)
Nian :
uda, kenapa uda selalu begitu kepada alam.
Ujang :
si alam itu yang anak durhaka, selalu melawan pada orang tua.
Nian :
ya sudah lah uda, minumlah air itu dulu, tenangkan pikiran uda dulu uda.
Ujang :
(minum air) ahhhh…..enak sekali the telur buatan adiak pagi ini.
Nian :
uda kalau sudah merayu ini pasti ada maunya.
Ujang :
bukan begitu adiak kanduang yang uda cintai di dunia ini, lusa uda mau pergi
berburu ke nagari sebelah, tapi nampaknya lupak kurang bersemangat akhir –
akhir ini.
Nian :
kalau si lupak sakit, janganlah uda paksakan dia untuk ikut di perburuan. Kalau
uda tidak ikut berburu lusa uda tak akan mati di buatnya. lagi pula lusa kita
kan mau menyabit sawah yang sudah masak di petak dekat sawah pak buyuang.
Ujang :
buak itu maksud uda adiak sayang, tapi….
Nian :
tapi apa uda..?
Ujang :
begini adiak kanduang ambo nan ambo cintoi, tadi malam uda mendengar dari
basri. Siyus mau menjual anjingnya si hitam seharga empat juta uda.
Nian :
apa uda? Mau beli anjing lagi….? Saya tidak rela uda. Sumpah say tidak rela
Ujang :
kau tidak akan mengerti nian…anjing itu kan…..
Nian :
iya, anjing itu kan teman uda, istri uda, anak uda…
Ujang :
anak sama amak sama saja, sama keras kepala.
Nian :
uda yang keras kepala, tidak ingat uda waktu alam masuk SMA. Kata uda taka da
uang untuk bayar uang masuk sekolah, tapi setelah itu ada beli anjing yang
sangat mahal. Sekarang di saat kebutuhan keluarga sangat banyak uda masih
berpikir untuk beli anjing lagi, sumpah mati saya tidak rela uda…tidak rela.
Ujang :
terserah saya, uang itu kan uang saya. Hasil jerih payah saya, mau saya belikan
ke anjing terserah saya.
Nian :
dasar lelaki kepala batu…
Ujang :
( menampar nian) dengar nian, sampai kapanpun kamu tak akan bisa melarang saya
untuk beli anjing. Itu hobi saya, asalkau tahu sajaanjing itu lebih membuat
saya bangga dari pada anak yang kau lahirkan itu…
Nian :
astagfirullah uda….saya sudah cukup sabar uda, sekarang tinggallah uda sendiri
di rumah ini. Hidup lah uda dengan anjing uda, saya minta cerai hari ini juga.
Uda tidak akan mau berubah lagi, sudah tidak sanggup lagi saya hidup dengan
lelaki yang keras kepala seperti uda. Saya akan pulang ke rumah amak saya, tak
sudi saya punya suami seperti uda.(sambil berjalan keluar)
Ujang :
asal kau tahu saja nian, dulu saya tidak pernah memaksa kau jadi istri saya.
Dasar si bunian manusia hutan kau.
Nian duduk sambil menangis
mengenang untung hidup yang dia alami depan pondok sawahnya
Nian :
malang sekali rasanya, saya dapat suami yang hobi berburu babi. Serasa beranak
anjing saya selama ini, setiap pagi selalu lupak makan dengan telur separoh
matang. Anak kandung yang lahir dari janin saya dari kecil tidak pernah makan
telur separoh matang, ahhh……sudahlah tidak ada guna saya sesali ini sudah
suratan takdir kehidupanku yang malang.
Lampu
mati
(
SELESAI)
DENDANG
Untuk Mengiring Naskah
Hobi
Baburu babi
Oi…dunsanak kasadonyo
Danglah curito hiduik urang nan
lah gilo
Gilo ba anjiang jo baburu
Iduik sanang batinggakan dek
candu bana
Anak kanduang barubah sayang
Dek ulah parangai gaeknyo surang
Disiko kami badendang
Bamain untuak bacurito-curito
urang
Ondeh…baburu babi hobinyo laki
Indak mangana anak jo bini
Tapi iko hanyo curito untuak
sanak inok – inoki
Kok ado kami manyingguang jan lah
di agiah kami jo maki
Samto untuk mancubo untuak
bacurito tantang hiduik nyo laki bini
Rusak rumah tanggo dek gara –
gara hobi
Baranak anjiang kironyo
kini…yo….yang laki baranak anjiang inyo kini….